Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Sebut saja Krisya

Hari ini aku akan bercerita tentang seorang anak bernama Krisya. Krisya lahir ketika adzan isya berkumandang. Anak kedua dari pasangan Subhi dan Ashari. Adik perempuan pertama seorang guru ngaji bernama Zuhri. Krisya juga memiliki satu adik perempuan, Maghriba. Ku yakin kalian bisa menebak kapan tepatnya anggota keluarga Krisya dilahirkan.  Krisya dikenal sebagai anak yang sangat baik oleh keluarga dan semua orang yang mengenalnya. Mereka bilang Krisya adalah bidadari tak bersayap. Ku tanya apakah mereka sudah pernah melihat bidadari sebelumnya, mereka menjawab belum. Ku tanya lagi, lalu kenapa kalian menyebut Krisya adalah seorang bidadari, bagaimana jika bidadari sebenarnya adalah orang jahat. Mereka pun menjawab, di sinetron semua bidadari sangatlah baik, suka menolong. Oke fix, mereka korban sinetron... Namun, setelah seminggu mengenal Krisya, aku baru percaya. Krisya adalah anak yang sangat baik. Setiap bangun tidur, dia terus mandi tidak lupa menggosok gigi. Habis man

"First time" yang selalu menakutkan

Apapun, kapanpun dan dimanapun "first time" akan selalu menegangkan buat saya, itulah kenapa pengalaman disebut penting bahkan dinobatkan sebagai guru terbaik. Wong yang sudah terbiasa ajah masih suka dag-dig-dug.   Hal itu seketika   mengingatkan saya pada kata-kata penguji eksternal ujikom kemarin yang berkata bahwa berpengalaman itu lebih penting daripada pintar. Katanya, orang pintar belum tentu berpengalaman, tapi orang berpengalaman sudah pasti pintar. Untuk sebuah pengalaman seseorang harus berani memulai. Jangan ngarep punya pengalaman, kalau kamunya ajah takut untuk memulai. Jam terbang menentukan kualitas. Tak akan ada pengalaman tanpa "first time" dan tanpa "first time" kamu tak akan tahu sejauh mana kemampuanmu. Tapi kalau "first time" ajah kamu sudah luar biasa, itu mah namanya nikmat dari Tuhan. Pokoknya jangan takut memulai dear ❣

Kids Jaman Now

Bukan karya, tapi gaya Viral tanpa moral, asal terkenal Bak pasar berjalan Hari ini di pasar Besok dipakai Mereka hanyalah pemburu pengakuan Melakukan demi diaku kekinian Cantik nian, gaul nian Ikut tren agar diaku keren Tampil wah, padahal dari kalangan paling bawah Sok dewasa Sok berkuasa Padahal cari uang aja belum bisa Dear kaum milenial, Dunia butuh karyamu, bukan gayamu

#randomthought2

Bagiku, kau hebat Mampu menjadi sahabat ketika mereka enggan mendekat Merangkul erat ketika mereka menghujat Ada setiap saat ketika tak satu pun terpikat Tapi maaf tak ada hasrat tuk lebih dari sahabat Ini berat, Terpikat pada hati yang tak terpikat

#randomthought1

Kesibukanku biarlah milikku sendiri Tak perlu diumbar sana sini Tak perlu kau tanya sedang apa dan dimana Cukup sewajarnya Tak perlu khawatir atau curiga Yang penting ku slalu ada Suka maupun duka Ku kan tetap setia ❤❤❤

Penerjemahan Berbantuan Komputer (Tugas 1 : Kebudayaan)

Indonesia’s rich culture manifests itself in many aspects of its heritage — performance arts, handicrafts, customs, ceremonies, even traditional costumes. Dating back centuries ago, Indonesians are still proud to wear their traditional attire, especially during special occasions. Take a look at Indonesia’s traditional dress in all its elegance.   The National Dress Just like its diverse culture, Indonesia also has many different traditional attire. But perhaps the most important of all is batik and kebaya . These costumes originally belong to the cultures in Java and Bali, but the prominence of these regions in the country’s advancements and politics have given them cultural dominance as well. In some cultures, the traditional dress are reserved only to royals and influential families or special occasions, which explains the detailed and extravagant details. Even so, many are now adapted into everyday use.   Batik Batik is a cloth with intricate patterns made using tra