Ada satu hal yang menjadi kendala, yaitu bahasa. Ya, bahasa. Karena dari segi karya tentu sastrawan bangsa tak kalah hebatnya bila dibandingkan dengan sastrawan asing. Yang dibutuhkan adalah penerjemah yang mampu menerjemahkan karya sastra tersebut tanpa mengurangi nilai estetika dari sastra tersebut. Tampaknya itu sulit, dan membutuhkan waktu yang tak singkat. Karena pada nyatanya, setiap karya yang diterjemahkan akan berkurang 30% (rasa)nya.
Bagi kalian yang ingin suka membaca, resepnya satu, "kepo". Bagi kalian yang ingin lancar menulis (puisi, novel, dll ya), tipsnya satu, "banyak-banyakin patah hati".
Eits, tips di atas bukan dari aku yang cuma bisa nulis caption di instagram yaa tapi dari Ka Adimas Immanuel, seorang penulis puisi dari Solo dalam Seminar Sastra Indonesia di UNJ.
Eits, tips di atas bukan dari aku yang cuma bisa nulis caption di instagram yaa tapi dari Ka Adimas Immanuel, seorang penulis puisi dari Solo dalam Seminar Sastra Indonesia di UNJ.
Komentar
Posting Komentar